Perancang ternama dari kiblat fashion dunia, Paris, Yves Saint Laurent
Fashion pernah mengatakan, "Fashion come and go, but style is forever".

Sederhananya, fashion bisa saja terus berubah, apa pun model dan trennya. Namun soal gaya, akan menetap pada diri seseorang sesuai karakternya. Ketika seseorang merasa nyaman dengan gaya tertentu, yang menjadi ciri khasnya, itu adalah pilihannya.

Hal ini pula yang diyakini Melia Prawira, pemilik toko fashion Jabotabek Shopping & Friends. Dalam sebuah talkshow pembukaan pusat belanja dan fashion remaja, Melia mengatakan tidak ada tren fashion tertentu, menjawab pertanyaan apakah tren fashion tahun ini untuk anak muda.

Menurut perempuan yang berkecimpung di dunia fashion selama 9 tahun ini, kecenderungan anak muda saat ini adalah ekspresif dengan dirinya. Model fashion yang muncul di layar kaca dari kiblat mana pun tak lagi jadi acuan mutlak.

"Gaya busana anak muda sekarang lebih ekspresif dan senang mengombinasikan warna. Mereka cenderung melihat ke dirinya. Apa yang pantas dan tidak untuk dikenakan," papar Melia.

Istilah korban mode sudah nyaris tak lagi ditemui sekarang ini. Fashion pada anak muda lebih berkarakter dan menunjukkan ciri khas personal, termasuk padupadan warna.

Sementara itu fashion stylist Karin Wijaya justru mengakui tren warna ini. Menurutnya, trashing warna pada gaya busana anak muda yang menjadi tren terkini.

"Warna cerah yang optimis merepresentasikan semangat optimisme anak muda," kata Karin dalam launching produk sportswear beberapa waktu lalu.

Meski begitu, fashion etnik menjadi tren yang cenderung menonjol pada tahun ini seperti diakui oleh Melia. Batik, menjadi produk lokal yang fashionable dan digemari anak muda. Menurut Melia, batik sebagai fashion muncul sejak budaya lokal mulai diklaim negara tetangga. Jadi, tren etnik batik muncul sebagai bentuk kecintaan karakter khas negeri.

Variasi model dan desain batik pun semakin banyak yang berkarakter khas anak muda. Padupadan batik juga lebih berani. Misalkan, kata Melia, batik tak hanya berpasangan dengan high heels, tapi juga bisa dengan sepatu kets. Aksesori etnik juga pantas dipadukan dengan motif batik yang cenderung kaya warna. Pilihan warna juga tak harus seragam. Jadi, berani mengkolaborasikan ragam model dan desain serta warna, itulah tren fashion saat ini.

Syaratnya, menurut Melia, nilai kepantasan berbusana lebih menjadi ukuran daripada apa mereknya atau keluaran mana. Simak triknya:

* Warna kulit
Orang Indonesia cenderung memiliki warna kulit kecoklatan. Triknya, jangan gunakan warna krem karena kulit akan terlihat kumal. Coklat gelap lebih cocok karena akan lebih menonjolkan warna kulit.

* Bentuk badan
Persoalan kepercayaan diri kaitannya dengan bentuk badan bisa terlihat dari busana yang dikenakannya. Jika ada orang berbadan besar, dan cukup nyaman serta percaya diri dengan pakaian sedikit terbuka, sah saja. Namun perlu juga diperhatikan apakah bentuk badan Anda cocok untuk busana tertentu. Tidak semua busana bisa pas di badan atau enak dilihat. Perlu konsultasi dengan pakar fashion atau sering membaca referensi fashion untuk mengenali gaya busana sesuai bentuk badan.

* Karakter
Bagaimana karakter dan pembawaan dalam diri juga bisa menjadi ukuran kepantasan. Jika Anda merasa nyaman dengan tampil sporty, tren batik masih bisa diikuti. Padankan saja dengan sepatu kets dan cardigan. Masih ada sentuhan feminin dan maskulin bukan? Atau gunakan jaket sporty dengan dalaman kemeja lengan panjang dan bawahan celana jins misalnya. Sporty dan rapi menjadi gaya busana yang tak menipu karakter Anda bukan?


Membangun cinta dalam hubungan berpasangan butuh proses. Seribu satu trik dari ragam referensi telah Anda coba terapkan agar hubungan Anda terus bertumbuh.

Namun tak semua tips yang Anda temukan dalam buku-buku cocok untuk Anda, karena karakter setiap pasangan tak pernah sama. Bahkan sejumlah pakar di Amerika memberikan perspektif yang berbeda. Mulai pakar sosiologi, terapis seks, psikolog klinis, atau terapis keluarga, yang semuanya adalah penulis berbagai buku tentang relationship. Mau tahu ringkasan pandangan para pakar ini?

Katakan "I Love You" setiap hari

Kalau urusan yang satu ini, sejumlah pakar sepakat, katakanlah sesering mungkin. Tidak ada alasan buat Anda untuk sungkan menyatakan cinta kepada pasangan. Tetapi pastikan, ungkapan cinta yang sederhana (meski tak mudah bagi sebagian orang), tulus, dan diungkap dengan hati. Artinya, tidak sekadar mengucap, atau formalitas, yang lewat begitu saja tanpa perasaan mendalam.

Gunakan cara apa saja untuk mendapatkan hatinya
Trik ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang terobsesi mendapatkan pasangan. Usaha keras memang penting namun jika tidak realistis dan jujur, hubungan yang Anda dapatkan mungkin tak berjalan apa adanya. Hubungan seperti apa yang ingin dibangun? Sekadar menyenangkan pasangan, atau yang dilandasi kepercayaan, kejujuran, sikap menerima apa adanya, dan komunikasi yang baik.

Pasangan adalah sahabat Anda
Soal ini para pakar punya perdebatan. Ada yang setuju, ada juga yang menolak konsep bahwa pasangan adalah sahabat Anda juga. Kembalikan lagi hal ini kepada diri Anda dan pasangan. Jika merasa nyaman dengan hubungan yang sudah berproses, dan menganggapnya sebagai sahabat, kenapa tidak. Salah satu pakar mengatakan, Anda harus menyukai pasangan seperti saat masih berteman. Tentu saja, tanpa menyisihkan hasrat yang Anda miliki untuknya.

Menghilang sesaat agar pasangan merindukan Anda
Banyak yang menganggap dengan memberikan sedikit jarak atau absen dari pasangan bisa membuat pasangan merindu, lalu menumbuhkan perasaan membutuhkan. Cara ini diakui memang bisa membantu Anda untuk lebih menghargai pasangan saat Anda kehilangan dirinya. Tetapi terlalu sering melakukan ini juga tidak sehat. Karena, saat berpisah bisa saja Anda miulai menikmati kesendirian, atau bahkan bertemu orang baru. Hubungan telepon dan SMS tak bisa menggantikan tatap muka yang berpengaruh lebih dahsyat.

Belajar mencintai pasangan
Sebagian pasangan mungkin tidak menemukan pendamping melalui cinta pada pandangan pertama. Jika sudah begini, cinta perlu dihadirkan dengan cara memupuknya. Belajar mencintai menjadi urusan penting agar hubungan bertumbuh. Sebagian pakar tidak menyetujui cara ini lantaran dianggap tidak adil bagi diri Anda maupun pasangan. Namun, jika Anda percaya bahwa Anda memilih pendamping yang tepat, dan mulai belajar membangun cinta itu bersama, hal ini bisa lebih bernilai daripada sekadar jatuh cinta pada pandangan pertama.

Jangan pernah tidur dengan membawa masalah
Para pakar sepakat, kebiasaan ini bergantung pada karakter Anda dan pasangan. Jika memang sudah waktunya tidur dan tak mungkin lagi membahas masalah, tidurlah. Namun pastikan Anda dan pasangan tidak menyimpan masalah, dan berdamai dengan diri untuk memulai mencari solusi keesokan harinya. Komunikasikan kebutuhan Anda dan temukan jalan keluarnya. Jika masih ada waktu bicara, Anda dan pasangan harus membahasnya. Setelah itu luangkan waktu untuk mendinginkan suasana, dan tidurlah dengan hati tenang.

Kehadiran buah hati bisa jadi perekat
Banyak yang bilang, jika sudah ada anak, pasangan semakin bahagia. Namun bertambahnya anggota keluarga membuat friksi antaranggotanya semakin melebar. Belum lagi intimasi dan kedekatan sebagai pasangan tergantikan dengan adanya anak. Bagaimanapun, dengan komunikasi dan mengatur waktu, plus komitmen untuk tetap membangun cinta sebagai pasangan, masalah akan terkalahkan. Perlu resep jitu untuk menyeimbangkan kualitas cinta pasangan dan cinta keluarga, terutama anak.

Buat dia selalu penasaran
Ini jelas cara manipulatif dan bukan cinta, demikian para pakar menilainya. Cara semacam ini seperti permainan yang hanya akan mendorong munculnya amarah dan menjauhkan Anda dan pasangan dari intimasi dan kedekatan emosi. Cinta butuh kejujuran dan bukan spekulasi dengan asumsi.

Jangan terlalu cuek
Meski hubungan sudah berjalan lama, menjaga sikap tetap diperlukan. Meski pasangan sudah tahu betul luar-dalam pribadi Anda, pastikan Anda tetap punya daya tarik yang bisa membuatnya selalu bergairah dan merindukan Anda. Jadi, jangan melulu gunakan kaos oblong di rumah, sesekali gunakan pakaian yang membuat Anda tampak memikat buatnya, meski Anda dan suami hanya bersantai nikmati Minggu pagi.

Cinta mengalahkan segalanya
Ini mitos. Menumbuhkan cinta tetap perlu melihat realitas pada pasangan Anda. Cinta tak bisa jadi alasan untuk mentoleransi kekerasan, misalnya. Dalam hubungan berpasangan, berbagi dan berdiskusi tentang nilai, visi, dan komitmen dalam hubungan tetap penting. Komunikasikan juga kebutuhan dan harapan, yang semuanya tentu membutuhkan proses.

Dalam hitungan tahun cinta mulai pudar
Banyak versi hitung-hitungan yang memprediksi semakin memudarnya level cinta, misalnya lima tahun, tujuh tahun, dan seterusnya. Tetapi banyak bukti menunjukkan, pernikahan atau hubungan berpasangan bisa berlangsung puluhan tahun. Tentu saja selama itu akan muncul berbagai persoalan kecil, namun fokuskan diri Anda pada bagaimana mengatasinya.

Penuhi kebutuhan pasangan
Ada benarnya jika ada yang mengatakan, untuk menyenangkan pasangan, buat masakan paling lezat untuknya. Buat agar ia selalu ingin pulang untuk Anda. Ketika kebutuhan Anda, apa pun itu, dimengerti oleh pasangan dan diberikan sepenuh hati, bukankah cinta dengan mudah bertumbuh lebih manis? Belajar untuk memahami kebutuhan pasangan tanpa diminta membuat hati terikat kuat sebagai pasangan.


Sebagian wanita mengaku telah menemukan G-spot-nya dan mampu mencapai orgasme (bahkan berulang) karena sensitivitas yang dihasilkan. Namun, jika benar demikian, mengapa penelitian terbaru di Journal of Sexual Medicine membuktikan bahwa hal ini sebenarnya tidak pernah ada?

Keberadaan G-spot memang sudah diperdebatkan selama bertahun-tahun. Bahkan, bukti-bukti tentang G-spot sudah ada sejak 3.000 tahun lalu. Para dokter di China yang menganut Taoisme saat itu mengembangkan seni penyembuhan seksual, dan G-spot disebutkan di dalamnya.

Istilah G-spot sendiri mulai dikenal pada tahun 1980-an, sebagai singkatan untuk Dr Grafenberg, seorang ginekolog yang menulis sebuah artikel untuk International Journal of Sexology (terbit pada tahun 1950-an).

Menurut peneliti utama dari Journal of Sexual Medicine tadi, Dr Randy Fink, tidak ada zona erotis perempuan yang dikenal sebagai G-spot, karena itu bukanlah lokasi anatomik yang dapat diidentifikasi dengan pasti pada setiap perempuan.

"Di lab anatomi sekolah kedokteran, siapa saja bisa bertanya pada dosen untuk mengidentifikasi bola mata. Dengan sedikit pembedahan, ahli anatomi dapat memindahkan bola mata mayat, dan menunjukkannya pada mahasiswa," ujar ahli obstetri-ginekologi yang berpraktik di Miami, Florida, ini.

"Namun, hal yang sama tidak dapat dilakukan untuk menemukan G-spot. Itu kelompok saraf yang tidak bertemu di bagian atas dinding vagina, sehingga malah banyak perempuan yang mengatakan mereka tak pernah menemukannya."

Dr Fink meyakini, meskipun G-spot tidak muncul secara fisik, namun keberadaannya memang tergantung pada masing-masing perempuan. Beberapa perempuan mengalami kenikmatan yang hebat dari stimulasi pada area ini, sementara yang lain tidak menemukan kesenangan yang spesifik. Meskipun sudah berusaha keras, mereka toh tidak menemukannya, demikian kesimpulan Dr Fink.

Sifatnya subyektif
Apa pun hasil penelitian tersebut, masih banyak pakar lain yang meyakini bahwa G-spot itu nyata. Keberadaan G-spot didukung habis-habisan dalam buku Love Her Right: The Married Man's Guide to Lesbian Secrets for Great Sex yang ditulis Dr Joni Frater dan Esther Lastique. Salah satu bab dalam buku tersebut menggambarkan bahwa zona tersebut terletak di sepertiga luar kanal vagina. Meskipun G-spot bukanlah satu-satunya cara untuk membangkitkan rangsangan pada perempuan, hal itu termasuk yang paling dibicarakan.

"Sepertiga luar vagina memiliki saraf yang paling sensitif untuk merangsang perempuan. Gerakan memutar dengan tangan atau gerakan penis bisa menstimulasi saraf-saraf tersebut," papar Dr Frater dan Lastique. "Karena area tersebut kecil, seukuran koin, kebanyakan orang memilih untuk mengurangi rangsangan di daerah ini. Padahal bagi banyak perempuan lain, di situlah zona paling menyenangkan yang pernah ada."

Selama stimulasi, jaringan lunak di daerah itu membengkak dan keras, sehingga dapat disentuh dengan menyelipkan jari. Stimulasi yang pas bisa menimbulkan orgasme hebat, dan pada tipe orgasme ini, beberapa perempuan bisa mengalami ejakulasi. Ya, ejakulasi. Mereka mengeluarkan cairan bening dari jaringan lunak. Mirip dengan cairan prostatik, namun banyaknya cairan berbeda-beda pada masing-masing orang.

"Sebagai host acara radio, kami sudah mewawancarai terapis seks, ginekolog, dan banyak pakar lain yang setuju dengan kehadiran dan pentingnya G-spot untuk perempuan," ujar Dr Frater.

Banyak perempuan yang memiliki kapasitas untuk mendapatkan multiorgasme, ketika mengombinasikan stimulasi zona ini dengan teknik lain. Jadi, bila Anda belum menemukannya, keep on searching. Siapa tahu bila Anda menemukannya, Anda akan mendapatkan klimaks yang Anda inginkan selama ini!

Apakah anda pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan seperti yang saya alami? Tentu anda semua tidak bisa menjawab karena anda belum tau kejadian apa yang saya alami.

Kejadian ini memang sudah lumayan lama, kira-kia dua minggu yang lalu. Waktu itu saya membeli baju di butik kesayangan anda. Saya membeli BUSANA MUSLIM yang polos. Karena merasa yakin uang yang ada di dompet lebih dari cukup, tanpa cek isi dompet, saya langsung melangkah ke kasir.

Seperti yang anda duga, ternyata uang saya kirang. Tau kan gimana malunya saya waktu itu? Apalagi di belakang saya banyak orang yang mengantri bermaksud untuk membayar belanjaan mereka. Lalu langkah apa yang saya ambil agar tidak terlalu malu? Ya, saya hanya membeli BAJU MUSLIM berupa koko aja, sedangkan sarung beserta kopiahnya tidak saya ambil. Untuk saja kasirnya tidak jutek, jadi rasa malunya tidak begitu kelihatan. Ini merupakan pelajaran yang tidak akan bisa saya lupakan.


Ingin tahu, apakah hubungan Anda dan pasangan termasuk harmonis? Menurut penelitian, pasangan yang biasa membahasakan diri "kita" atau "kami", dan bukannya “aku” dan “kamu”, adalah pasangan yang lebih bahagia, bahkan lebih sehat.

Kata ganti inklusif, seperti “kita” atau “kami” terbukti menunjukkan kepuasan dalam pernikahan, bahkan pada pasangan muda. Journal Psychology and Aging edisi September juga menyebutkan hal ini berlaku untuk pasangan yang lebih mapan ketika konflik mulai berkembang. Penggunaan kata ganti tersebut juga menunjukkan denyut jantung yang lebih rileks dan tekanan darah yang normal pada pasangan.

“Kami mendapati lebih banyak bahasa “kita” pada pasangan yang lebih tua dan pasangan yang lebih bahagia,” tegas Robert Levenson, peneliti senior pada penelitian yang diadakan University of California di Berkeley itu, pada Associated Press. "Hal itu bukan sesuatu yang mereka pikirkan secara sadar, dan mungkin tidak mengetahuinya. Itu hanya sepotong perilaku yang dapat kami hitung."

Yang menarik, menggunakan kata "kita" itu juga baik untuk kesehatan. Enggak percaya? Untuk membuktikannya, tim Levenson mengumpulkan 154 pasangan usia paruh baya dalam penelitiannya. Mereka melakukan diskusi selama 15 menit dimana mereka saling tidak sepakat. Sementara itu, denyut jantung dan tekanan darah mereka dimonitor di laboratorium Levenson.

Hasilnya, pasangan yang berdebat namun masih menggunakan kata ganti tersebut umumnya memiliki denyut jantung dan tekanan darah yang lebih rendah. Sebaliknya, mereka yang lebih banyak menggunakan "aku" kerap terlihat memasang ekspresi wajah, nada suara, postur tubuh, dan gerak-gerik yang negatif.

Anda yang terbiasa membahasakan diri dengan "aku", tak perlu kecewa. Para pakar hubungan ini percaya, hanya dengan mengubah kebiasaan tersebut dengan kata "kita" atau "kami", hubungan Anda dengan pasangan pun akan terpengaruh ke arah yang positif.

"Hal itu seperti, tidak ada 'aku' dalam tim. Ada banyak petunjuk kok, mengenai hal ini," kilah Levenson. "Ini mungkin menjadi satu cara untuk menguatkan partnership dalam hubungan itu."

Anda penasaran dengan hasil penelitian ini? Tak ada salahnya mencoba, kan? Atau, Anda ingin sharing dengan pengalaman Anda sendiri?

Category: , | 0 Comments